Potret Pendidikan Kita
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBDi manapun sekolahnya, yang penting adalah niat atau tidaknya, semangat atau tidaknya.
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Namun, sedekade terakhir pendidikan masih belum berpihak pada rakyat kecil. Masih banyak anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak, justru terpinggiran dengan alasan ekonomi. Lalu pendidikan yang kita harapkan untuk siapa?
Seperti yang digambarkan dalam film ‘Sepatu Dahlan’ yang rilis 10 April 2014. Film yang sejatinya mengangkat kisah hidup Dahlan Iskan semasa kecil, merupakan film yang bisa mengembalikan semangat kita untuk terus semangat untuk bersekolah. Hidup serba kekurangan tidak membuat Dahlan patah semangat untuk bersekolah, sekaliber tidak beralaskan sepatu. Tidak mudah memang hidup dengan keterbatasan ekonomi, namun hal ini tidak berlaku bagi sosok Dahlan Iskan. Bagaimana tidak, sosok Dahlan kecil yang diperankan oleh Aji Santoso harus menempuh jarak hingga berpuluh-puluh kilometer demi sampai ke sekolah, itupun Dahlan jalani dengan berjalan tanpa alas kaki alias nyeker. Dahlan tidak pernah mengeluh dengan apa yang ia rasakan, bahkan kakinya sering luka akibat berjalan terus-menerus tanpa menggunakan sepatu. Kuncinya adalah niat, niat untuk belajar mengalahkan semuanya, termasuk keterbatasakan ekonomi dan juga rasa sakit.
Ketika Dahlan lulus dari Sekolah Rakyat (setara SD di zaman sekarang), berencana melanjutkan studinya ke SMP Magetan yang bisa dibilang sebagai sekolah unggulan. Namun, karena saat itu Ijazah Dahlan kedapatan tiga angka merah, maka bapaknya memutuskan untuk menyuruh Dahlan masuk ke Tsanawiyah Takeran. Di lain sisi, ibunya juga telah berjanji kepada Dahlan, bahwa setelah lulus SD akan dibelikan sepatu baru. Namun, setelah dihitung kembali, uang untuk membeli sepatu belumlah cukup, karena harus digunakan biaya kuliah kakaknya. Setelah mendengar obrolan orangtuanya, Dahlan lalu berkata kepada kedua orangtuanya, “Soal sepatu tidak usah dipikirin, Dahlan sudah senang bisa sekolah”, tuturnya. Sampai pada akhirnya, di sekolah Dahlan ditertawakan oleh teman-temannya karena masuk Tsanawiyah Takeran. Namun, dengan cerdasnya Dahlan mengatakan “Dimanapun sekolahnya, yang pentingnya niat belajarnya”. Itulah pesan yang sering diingatkan oleh ibunya.
Pelajaran mahal dari sosok Dahlan, bahwa untuk belajar harus berangkat dari niat yang lurus, bukan dari nama besar sekolahnya, ataupun ajakan teman. Buktinya, Dahlan tetap eksis dengan prestasinya ketika berhasil menjadi juara voli, bahkan mengalahkan tim voli SMP Magetan yang merupakan sekolah idaman Dahlan kala itu. Itulah kehidupan, terkadang apa yang kita rencanakan belum berjalan sesuai dengan rencana, yang dianggap baik oleh kita, belum tentu baik menurut Tuhan. Tetapi, yakinlah, sesungguhnya rencana Tuhan lebih indah dari apa yang kita rencanakan.
Itu adalah sebuah gambaran untuk kita, dimanapun sekolahnya, yang penting adalah mau atau tidaknya, semangat atau tidaknya. Yang penting kita bisa sekolah, itupun sudah lebih dari cukup. Lihatlah orang di sekitar kita yang belum bisa mengenyam bangku sekolahan, seharusnya kita pandai dalam mensyukuri nikmat Tuhan yang tiada duanya. Bersyukur adalah solusi bijak, kita tidak bisa memaksakan kehendak di luar kemampuan kita. Apabila kita melawan kemampuan kita, bukan tidak mungkin kita akan dibuat tersiksa akibat memaksakan kehendak. Misalnya siswa yang memaksakan mendaftar di sekolah unggulan, ketika dihadapkan dengan persoalan administrasi yang selangit dan kebutuhan sekolah yang serba mahal, kita sendiri yang akan menerima efeknya.
Sosok Dahlan Iskan seharusnya menjadi inspirasi untuk kita semua, keterbatasan tidak bisa menjadi alasan kuno untuk meraih keberhasilan. Yang penting adalah niatnya belajar dan semangat kerja keras. Selamat Hari Pendidikan Nasional. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SMH Banten

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Potret Pendidikan Kita
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBUN dan Kejujuran
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler